• djogzs
    Terima kasih sudah berkunjung-xD

4 Pokok Bahasan Ruang Lingkup Ilmu Sosial Dasar

Jumat, 30 November 2012
1. Hubungan Antara Masalah Penduduk dengan Perkembangan Kebudayaan
  Masalah penduduk di berbagai negara bermacam – macam, perbedaan masalah itu karena kelebihan dan kekurangan setiap negara berbeda – berbeda. Contohnya masalah – masalah yang dialami oleh negara berkembang belum tentu dialami oleh negara maju begitu pun sebaliknya. Seperti Indonesia yang menjadi salah satu negara berkembang. Sampai sekarang Indonesia mempunyai beberapa masalah terkait kependudukan yang masih belum terselesaikan sampai tuntas atau bahankan terlihat seperti ditunda – tunda untuk diselesaikan oleh pemerintah. Dan masalah – masalah itu akan berpengaruh terhadap perkembangan budaya di Indonesia. Hubungan antara masalah kependudukan dengan perkembangan budaya ini cukup erat sehingga akan menimbulkan dampak yang signifikan di Indonesia.

2. Masalah Pemuda dan Sosialisasi
  Kebanyakan para remaja saat ini dalam usaha pergaulannya, mereka membentuk sebuah kelompok-kelompok atau yang biasa disebut “geng”. Pembentukan kelompok-kelompok/geng inilah nantinya yang akan menjadi dan memiliki ciri khas dan kesepakatan yang secara khusus hanya ada di dalam suatu kelompok tersebut. Minat untuk berkelompok inilah menjadi bagian dari proses tumbuh kembang yang mereka alami. Terkadang demi seorang kawan yang menjadi anggota/geng nya, seorang remaja juga bisa melakukan dan mengorbankan apa pun, dengan satu tujuan, Solidaritas. Tetapi terkadang solidaritas menjadi hal yang bersifat semu, buta dan destruktif (bersifat merusak atau menghancurkan), yang pada akhirnya merusak arti dari solidaritas itu sendiri. Demi alasan solidaritas tersebut, sebuah geng kadang memberikan tantangan atau tekanan-tekanan kepada anggota kelompoknya (peer pressure) yang berlawanan dengan hukum atau tatanan sosial yang ada. Seperti menggunakan narkoba, mencium pacar, melakukan hubungan seks, melakukan penodongan, bolos sekolah, tawuran, merokok, corat-coret tembok, dan masih banyak lagi.

3. Masalah Individu, Keluarga, dan Masyarakat
   Waria (wanita-pria) merupakan salah satu bagian masyarakat yang mengalami proses sosial disosiatif, kehadirannya ditengah-tengah masyarakat belum sepenuhnya diterima. Keadaan mereka dianggap sebagai perilaku menyimpang (perilaku atau tindakan di luar kebiasaan, adat-istiadat, aturan, nilai-nilai, atau norma-norma sosial yang berlaku). Tidak jarang mereka diperlakukan seperti orang aneh yang patut ditertawakan dan dicemooh, dikucilkan, dan dianggap tidak normal. Menurut Nina Karinina dalam makalahnya berjudul Penyimpangan Identitas dan Peran Jender (2007) bahwa hambatan sosial yang dialami kaum waria meliputi hampir di seluruh aspek kehidupan sosial seperti dalam hal kesempatan pendidikan, kesempatan bekerja, kesempatan dalam kegiatan keagamaan, kesempatan dalam kehidupan keluarga dan hambatan kesempatan perlindungan hukum. Waria adalah individu yang mengalami transvestite, yaitu individu yang memiliki jenis kelamin pria namun mempuyai naluri dan sifat wanita. istilah waria berasal dari kata “Wanita-Pria”, disamping itu mendapat sebutan lain seperti Wadam (Wanita-Adam) atau banci. 

4. Masalah Hubungan Warga Negara dan Negara
   Terdengar obrolan hangat di warung kopi. Ada yang dengan sinis menyamakan polisi India dengan polisi Indonesia sebagaimana yang ditonton di layar putih atau layar kaca. Setiap kali ada keributan, tawuran, perkelahian massal atau kerusuhan, dan bentrokan berdarah, selalu polisi lambat tiba tepat waktu di tempat kejadian untuk meredam keributan.
Pandangan demikian biasa ditonton dalam film-film India (Bollywood)). Namun, ada bedanya. Tak ada beban penonton jika menonton film India. Sang hero atau tokoh protagonis selalu menang di akhir kisah meski babak belur dan nyaris tewas pada awal atau pertengahan cerita. Rupanya, ada semacam moral budaya India (Hindu) yang mengharamkan kejahatan menang atas kebaikan.
Berbagai peristiwa kerusuhan di tanah air tak jarang lambat diredam atau dihentikan. Intel kepolisian mungkin tak memiliki jaringan mata dan telinga yang secara dini dapat mendeteksi dan menangkap adanya tanda-tanda awal kerusuhan atau adanya potensi signal kerusuhan sehingga sedapat mungkin dicegah.
Harapan bahwa warga masyarakat dengan jujur, ikhlas, dan berani menjadi perpanjangan mata dan telinga polisi sulit terpenuhi. Selain rasa takut karena bisa turut dilibatkan sebagai saksi, juga tak mau ambil pusing karena sudah kepusingan tujuh keliling karena masalah rutin yang dihadapi sehari-hari.
 

0 komentar:

Posting Komentar

Total Pageviews